Sesampainya di kelas, aku hanya menyandarkan kepalaku ke meja. Mencoba mendengarkan dosen pun percuma. Mencoba mengobrol dengan orang-orang di dalam sini pun sama saja. Mereka semua membenciku. Bahkan jika tubuh mereka transparan, aku yakin bisa melihat tulisan 'Ku harap kau tak pernah ada di sini' tepat di jidat mereka.
Ku tatap orang yang duduk tepat di sampingku. Dia dengan serius mendengarkan dosen yang sedang cuap-cuap mengenai An Omega Switching Network. Entahlah itu hal apa. Aku tidak mengerti. Tiba-tiba dia menoleh dan melihatku sedang memandangnya. Seperti dia tahu.
Aku baru sadar jika matanya berwarna hijau terang. Rambutnya cepak dan terlihat begitu cool. Dia tersenyum. Menampakkan senyuman paling indah selain senyuman'nya. Entah mengapa aku baru sadar sekarang setelah hampir 7 tahun berteman dengannya.
"Kau seharusnya tidak melihat ke arah sini, Lauren". Katanya lirih sambil menatap arah dosen kembali.
"Aku tahu.. Hanya saja.. Sudahlah". Aku membalikkan kepalaku ke arah sebaliknya. Seperti membalik tempe di atas penggorengan. Hehe.
Ini benar-benar tidak bagus. Seluruh isi kepalaku terisi oleh Reo. Aku harus fokus jika ingin segera lulus kuliah dan tidak merepotkan lagi.
=======================================================================
Angin sepoi menerpa pipiku dengan halus dan menerbangkan rambutku seperti di iklan shampoo. Di depanku duduk sahabatku. Satu-satunya sahabatku selama aku hidup 20 tahun. Iya, aku tahu. Menyedihkan. Tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak pandai bersosialisasi dan tidak tertarik untuk memperlajarinya pula. Hanya mempunyai satu dari 1000 yang mungkin bisa ku dapat, aku bersyukur. Satu tapi dia bisa memahamiku. Tidak masalah. Aku pun akan memahaminya juga.
Ku tatap orang yang duduk tepat di sampingku. Dia dengan serius mendengarkan dosen yang sedang cuap-cuap mengenai An Omega Switching Network. Entahlah itu hal apa. Aku tidak mengerti. Tiba-tiba dia menoleh dan melihatku sedang memandangnya. Seperti dia tahu.
Aku baru sadar jika matanya berwarna hijau terang. Rambutnya cepak dan terlihat begitu cool. Dia tersenyum. Menampakkan senyuman paling indah selain senyuman'nya. Entah mengapa aku baru sadar sekarang setelah hampir 7 tahun berteman dengannya.
"Kau seharusnya tidak melihat ke arah sini, Lauren". Katanya lirih sambil menatap arah dosen kembali.
"Aku tahu.. Hanya saja.. Sudahlah". Aku membalikkan kepalaku ke arah sebaliknya. Seperti membalik tempe di atas penggorengan. Hehe.
Ini benar-benar tidak bagus. Seluruh isi kepalaku terisi oleh Reo. Aku harus fokus jika ingin segera lulus kuliah dan tidak merepotkan lagi.
=======================================================================
Angin sepoi menerpa pipiku dengan halus dan menerbangkan rambutku seperti di iklan shampoo. Di depanku duduk sahabatku. Satu-satunya sahabatku selama aku hidup 20 tahun. Iya, aku tahu. Menyedihkan. Tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak pandai bersosialisasi dan tidak tertarik untuk memperlajarinya pula. Hanya mempunyai satu dari 1000 yang mungkin bisa ku dapat, aku bersyukur. Satu tapi dia bisa memahamiku. Tidak masalah. Aku pun akan memahaminya juga.
No comments:
Post a Comment